Selasa, 26 Oktober 2010

MASALAH KESEHATAN DI TAMBANG

Berikut adalah gambaran masalah kesehatan di tambang yang disampaikan oleh seorang sahabat, Mohammad Irfan, SKM ketika saya mau melakukan Health Risk Assessment in Mining Industry. Thanks bro! Semoga bermanfaat!  

MASALAH KESEHATAN DI TAMBANG


  1. Debu
Paling banyak ditemukan di lokasi tambang terutama batu bara akibat aktivitas kendaraan. Diperlukan masker debu, kaca mata pelindung dan kendaraan penyemprot air di lokasi (Water Truck). Kebanyakan pekerja kurang sadar untuk mengenakan masker dan jumlah water truck kurang memadai.

  1. Heat & Cold Stress
Wilayah tambang kebanyakan di jalur khatulistiwa sehingga sangat panas dan mungkin bisa mencapai 40 drjt C. Perundangan yang berlaku mengenai “bahaya pajanan fisik” mengenai heat stress tidak berlaku karena hanya membatasi hingga 32 drjt C saja.
Diperlukan pelindung kulit, perisai muka, kaca mata safety hitam, ketersediaan minum dan tempat bernaung. Sejauh ini banyak banyak perusahaan tambang tidak menyediakan stasiun pengisian air minum dan tempat bernaung sementara yang dekat dengan lokasi tambang.

Cold stress sering ditemukan di pertambangan dengan  ketinggian diatas 1000 m dpl.

  1. Kimia
Kebanyakan masalah penggunaan bahan kimia berbahaya ditemukan di laboratorium dan perusahaan pembuatan bahan peledak. Diperlukan PPE sesuai jenis bahan kimia, exhaust yang tepat dan sesuai, dan alat emergency seperti emergency eye wash dan kamar mandi agar para pekerja di lab bisa langsung mandi setelah menyentuh bahan kimia. PPE yang paling banyak dibutuhkan adalah sarung tangan karet, baju lab/ kimia, masker/ respiratory protector, dan kacamata/ pelindung wajah. Sejauh ini banyak perusahaan yang tidak menyediakan peralatan emergency bahan kimia, kamar mandi khusus pekerja yg berhub bahan kimia, exhaust yang tepat dan makanan pelengkap seperti susu khusus pekerja bahan kimia sebagai penatralisir.

  1. Hygiene personal
Hygiene personal salah satu yang paling jarang di awasi. Peralatan dalam mendukung hygiene personal yang paling penting adalah washtafel dan sabun cuci tangan yang sulit didapatkan di lokasi tambang. Pelatihan mengenai ini terhadap pekerja juga jarang dilakukan, di industri catering bagian ini sangat perlu diperhatikan dan jarang customer mengawasinya. Pemeriksaan feces untuk food handler standarnya harus dilakukan 6 bulan sekali untuk menghindari kontaminasi kuman diare pada saat pengelolaan makanan.

  1. Hygiene Workplace
Bagian ini salah satu juga yang kurang diperhatikan terutama di lokasi tambang. Ketersediaan toilet, washtafel, sabun, air bersih, dan tempat berkumpul (biasanya dijadikan tempat makan pula dan banyak lalat) jarang ditemukan di lokasi tambang hanya di officenya saja apalagi untuk bagian explorasi. Kebiasaan buang puntung rokok atau pinang (ludahnya) sembarangan juga sering ditemukan.

  1. Kebisingan
Bising sangat sering ditemukan di workshop, sekitar compressor dan sekitar genset. Monitoring di tempat-tempat tersebut juga sangat jarang.

  1. Fatigue
Masalah fatigue paling sering dijumpai didunia kerja terutama pada pekerja Non staff karena berhubungan dengan penghasilan dari lemburan yang sangat besar bahkan melebihi basic salarynya dan kejar produksi sehingga sangat mudah untuk dilanggar mengenai aturan mengenai fatigue management.
Walau waktu jam kerja di tambang rata-rata 12 jam tapi kenyataannya yang lebih dari itu masih cukup banyak bahkan jika sedang service, kejar produksi, bagian com dev bisa hingga 18 jam kerja dalam sehari.

  1. Manual Handling
Walau telah banyak menggunakan alat-alat canggih di dunia tambang, cidera akibat manual handling masih banyak terjadi. Cidera manual handling yang paling banyak ditemukan pada pakerja explorasi terutama jika pemboran dilakukan dengan alat manual sehingga banyak praktik kerja yang harus mengangkat beban hingga lebih dari 50 kg dengan perjalanan yang panjang dan berbahaya. Pelatihan manual handling jarang dilakukan oleh perusahaan tambang bagi para pekerjanya.

  1. Alkohol dan Rokok
Permasalahan mengenai ini masih sangat dihilingkan karena telah menjadi budaya bagi orang tambang walau konsumsi minuman beralkohol telah dibatasi pada saat jam kerja, tapi di luar jam kerja masih sering dipraktikan terutama untuk tambang di daerah dingin. Kurang/ tidak adanya program penaggulangan dan konseling terhadap pengkonsumsi minuman beralkohol dan rokok masih banyak.

  1. AIDS & Hepatitis
AIDS masih sangat sering ditemukan pada para pekerja tambang. Konsekwensi dari Roster yang terlalu lama (> 2 minggu, rata-rata > 4 minggu) adalah penyebab penentu terhadap tingkah laku sex bergonta ganti pasangan dan dengan PSK.

Kasus hepatitis juga masih menjadi kasus kesehatan utama di pertambangan. Lo masih inget penyebab hepatitis ga? Alkohol ya?

  1. Lembab
Masalah lembab banyak dijumpai di pertambangan diatas 1000 m dpl dan pertambangan bawah tanah. Lembab dapat memicu penyakit yang disebabkan kuman yang menyerang kulit dan pernapasan. Untuk pertambangan bawah tanah mungkin diperlukan pengaturan batas lama bekerja di dalam bawah tanah sesuai tiap meter ke dalamannya. Pemberian aliran udara yang terus menerus akan membantu pengurangan lembab dan pengap.

  1. Kekurangan Oxygen
Kekurangan oxygen berpotensi terhadap pertambangan yang lokasinya di atas 1000 m dpl dan bawah tanah. Pemantauan kandungan oxygen secara berkala mungkin dibutuhkan. Pemastian adanya aliran udara/ oxygen yang cukup di tambang bawah tanah harus menjadi perhatian serius oleh pengusaha. Pemakaian breathing aparatus mungkin perlu dipertimbangkan untuk daerah dengan kandungan oxygen di bawah batas standard.

  1. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah kebanyakan di perusahaan tambang di bawah standard. Kebanyakan penanganan sampah dilakukan dengan cara menimbun (tidak punya incinerator seperti perusahaan minyak) tidak peduli jenis sampah bagaimana sehingga bisa mencemari sumber air bersih. Personil yang menangani sampah pun kebanyakan tidak dilengkapi PPE seperti sepatu boot keselamatan, helm keselamatan, sarung tangan karet, masker untuk bau.

  1. Binatang Berbisa
Binatang berbisa masih menjadi ancaman serius bagi pekerja tambang terutama bagian survey dan explorasi.

  1. Tumbuhan Beracun dan gatal
Tumbuhan beracun dan gatal salah satu ancaman serius bagi pekerja tambang terutama bagian survey dan explorasi. Pemberian pengetahuan dan konsultasi yang cukup bagi pekerja dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan/ pemberian pertolongan pertama jika terkena/ memakan tumbuhan beracun/ gatal.

Pedoman Pemeriksaan Pesawat Angkut (Crane)


PEDOMAN PEMERIKSAAN PESAWAT ANGKAT (CRANE)
Oleh: Warid Nurdiansyah
Berikut saya sampaikan garis besar pedoman pemeriksaan pesawat angkat (crane). Rencananya pedoman ini akan dicetak dalam bentuk buku yang disertai dengan gambar dan penjelasan yang lebih detai. Doakan saja. ..Semoga Bermanfaat!

BAB I
PENDAHULUAN

I.1.   LATAR BELAKANG

Pesawat angkat (crane) adalah setiap peralatan mesin atau alat yang digerakkan tenaga mekanis, tenaga listrik atau tenaga hidrolis yang dapat digunakan sebagai mesin pengangkat termasuk rel, jalan rel atau alat pembantu lainnya, tetapi tidak termasuk pemajat lubang naik (raise climber) yang dipasang pada sumuran tambang.

Petunjuk teknis ini berlaku dalam pengawasan/inspeksi pesawat angkat (crane) yang meliputi overhead dan gantry crane serta mobile crane.

I.2.   DASAR
1.        UU No.4 Tahun 2009  tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2.        UU No.32 Tahun 2004  tentang  Otonomi Daerah
3.        UU No. 27 tahun 2003  tentang Panas bumi
4.        UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5.        UU No. 1 Tahun 1970   tentang Keselamatan Kerja
6.        PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
7.        PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
8.        PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang  Pertambangan
9.        Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
10.   Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11.   Kepmen No.555.K  Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
12.   Kepmen No. 255.K Tahun 1993 tentang Pelaksana Inspeksi Tambang
13.   Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 1247.K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya


BAB II
JENIS-JENIS OVERHEAD DAN GANTRY CRANE SERTA MOBILE CRANE

II.1 JENIS-JENIS OVERHEAD DAN GANTRY CRANE
Overhead dan Gantry Crane terdiri atas:
a.                   Top-running single or multiple girder bridge with top running trolly hoist
b.                   Top-running single-girder bridge with underhung trolly hoist
c.                   Monorails and underhung crane


II.2 JENIS-JENIS MOBILE CRANE
Mobile Crane terdiri atas:
a.                   Crawler Crane (Pesawat Angkat Rantai Kelabang)
b.                   Wheel Mounted Crane (Pesawat Angkat Ban)
Yang termasuk Wheel Mounted Crane antara lain:
1.    Kabin Pengemudi Tunggal
2.    Kabin Pengemudi Lebih dari satu
c.                   Locomotive Crane
d.                   Tyre Monted Crane Floating  Crane
                               
BAB III
PEMERIKSAAN UMUM

            Pemeriksaan umum adalah objek pemeriksaan yang berlaku pada seluruh crane, baik overhead dan gantry crane maupun mobile crane.

III.1 PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
a.                   Sertifikat Kelayakan Penggunaan Perlatan (SKPP) Pesawat Angkat dan Angkut
1.      Periksa masa berlaku SKPP.
2.      Periksa kesesuaian data Pemilik, Lokasi Penggunaan, Jenis Pesawat, Merk/ Type, No. Seri Pembuatan/ Unit, Kapasitas, Rantai Pengangkat, Pabrik Pembuat, dan Tahun Pembuatan/ Penggunaan antara yang ada di SKPP dengan yang ada di unit.
3.      Pastikan label kapasitas beban angkat yang ada di unit sesuai dengan yang ada di SKPP.

b.   Surat Izin Operasi (SIO) Operator Pesawat Angkat dan Angkut
Periksa kesesuaian SIO Operator dengan jenis unit yang dioperasikannya.

c.   Standard Operational Procedure (SOP)
1.    Harus tersedia SOP pengoperasian unit.
2.    Pastikan operator memahami isi SOP tersebut.
d.   Laporan Hasil Pemeriksaan, Pemeliharaan dan Pengujian
1.    Pastikan terdapat pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian terhadap unit secara berkala.
2.    Pastikan laporan hasil pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian menyatakan bahwa unit layak dioperasikan.

III.2 PEMERIKSAAN VISUAL DAN UJI FUNGSI
a.   Area Kerja
1.      Periksa apakah terdapat tanda keselamatan (safety sign) yang menunjukkan area pengoperasian crane.
·      Safety sign harus jelas terlihat oleh orang yang akan memasuki area pengoperasian crane.
·      Safety sign harus mudah dipahami.
2.      Periksa apakah pencahayaan di area kerja cukup baik.
Periksa apakah house keeping area kerja cukup baik.
·      Area kerja harus menjamin kemudahan dalam proses pengangkatan dan pemindahan material dengan crane.
·      Area kerja harus menjamin keselamatan operator dalam mengoperasikan unit. Contohnya area kerja harus bebas dari risiko terpleset dan tersandung pada pengoperasian gantry crane dengan menggunakan remote control; area kerja harus bebas dari risiko mobile crane menabrak material ketika melakukan swing.
·      Jika memungkinkan, terdapat garis demarkasi yang menunjukkan area pengoperasian crane.
3.      Periksa apakah label kapasitas aman beban angkat jelas terlihat.
·      Label kapasitas aman harus sesuai dengan kapasitas yang tercantum dalam SKPP.
·      Label harus mudah terlihat.
·      Periksa beban yang biasa diangkat oleh unit. Beban yang diangkat tidak boleh melebihi kapasitas yang diizinkan.
 
b.   Main and Auxiliary Hook
1.    Periksa kesesuaian antara data manufaktur hook dengan hook yang ada, seperti data kapasitas, serial number dan tipe.
2.    Periksa secara visual terhadap adanya excessive wear, perubahan bentuk (deformation), bengkokan diluar batas (out of plane bending), excessive gouges dan hilangnya tanda kapasitas.
·      Pada hook tidak boleh ada bekas las-an.
·      Tidak boleh ada retakan (crack), perubahan bentuk (deformation), kemelaran dan keausan pada hook.
·      Hook didisain untuk menempatkan beban di bawah sadle. Lakukan uji coba angkat beban. Pastikan posisi hook tetap lurus dan beban berada di bawah sadle.
·      Hook harus dilengkapi dengan kunci keselamatan (safety latch). Pastikan safety latch berfungsi dengan baik.

  1. Text Box: XWire Roop
Wire Rope tidak boleh digunakan lagi jika:
1.   Terdapat kawat yang putus dengan kriteria:
·           Secara random (acak) terdapat 6 buah atau lebih kawat yang putus dalam satu belitan (lay), atau 3 buah kawat putus dalam satu pilinan dalam satu lay (Satu lay adalah satu belitan penuh dari satu pilinan dalam wire rope)
·           Pada pendant (wire rope yang langsung terlibat pengangkatan/standing rope) terdapat 3 atau lebih kawat yang putus dalam satu lay.
·           Dalam satu wire rope terdapat satu atau lebih kawat yang putus dekat posisi fitting yang terpasang (putusnya kawat di dekat soket merupakan gejala kelelahan wire rope).
·           Terdapat satu atau lebih gejala wire rope yang putus pada lembah di antara pilinan (valley).
2.            Terdapat keausan pada kawat
Penampang kawat wire rope sebelah luar akan berubah bentuk dari bundar menjadi datar. Keausan tersebut terjadi akibat friksi di dalam sheave, roller, drum, dan lain-lain. Bagian yang datar ini akan terlihat jelas sebagai bagian yang mengkilat karena tidak terkena lubrikasi/pelumasan. Jika tingkat keausannya mencapai lebih dari 1/3 diameter kawat, maka wire rope harus diganti.
3.   Terdapat pengurangan diameter wire rope
·           Pengurangan diameter wire rope merupakan faktor kerusakan yang kritis. Pengurangan diameter disebabkan oleh abrasi yang berlebihan pada kawat lapis luar, kehilangan dukungan inti wire rope, serangan karat di sebelah luar maupun di sebelah dalam wire rope, kegagalan kawat sebelah dalam atau melongarnya belitan kawat. Semua wire rope baru akan sedikit memanjang dan diameternya sedikit tereduksi setelah digunakan beberapa saat lamanya.
·           Jika pengurangan diameter wire rope melebihi parameter di bawah ini, maka wire rope harus diganti yaitu:
§ 3/64 “ untuk kawat wire rope berdiameter £ ¾”
§ 1/16 “ untuk kawat wire rope berdiamater 7/8” hingga 1 1/8 “
§ 3/32 untuk kawat wire rope berdiameter 1 ¼ hingga 1 ½ “
4.   Terdapat perpanjangan rope (rope stretch)
Wire rope yang baru apabila digunakan akan memanjang sedikit, dan perpanjangannya dapat mencapai 6 “ per 100 kaki pada rope 6 pilinan dan 9 “ hingga 10” per 100 kaki untuk rope dengan 8 pilinan. Jika perpanjangan wire rope melebihi angka tersebut di atas, maka wire rope harus diganti.
5.   Terdapat serangan karat
·           Serangan karat jauh lebih berbahaya dari pada kerusakan akibat keausan karena seringkali kerusakannya tidak tampak.
·           Tanda-tanda kerusakan pada wire rope akibat serangan karat adalah:
§  Terdapat perubahan warna
§  Produk karat timbul dari dalam rope
§  Terdapat tanda-tanda cacat berupa pitting (takik-takik)
Apabila tanda ini ditemukan pada wire rope, maka wire rope harus diganti. Jika serangan karat terjadi di dasar soket, maka soket harus diganti.
6.            Kurangnya lubrikasi
Wire rope pada awalnya (saat wire rope baru) telah dilumasi sebelah dalamnya melalui inti rope yang kenyang dengan bahan lubrikan. Namun sering mengering karena terkena panas atau terperas oleh himpitan. Oleh karena itu, periksa lembah antara pilinan. Kurangnya lubrikasi terlihat pada lembah yang terisi dengan gemuk yang telah mengering dan keras atau kotoran yang memadat.
7.            Terdapat kerusakan pada splice
Inspeksi yang dilakukan terhadap splice adalah: adanya kawat aus atau putus, pilinan yang terjepit, pilinan yang kendor, fitting yang retak, serangan karat. Jika salah satu dari cacat tersebut di atas ditemukan, maka bagian itu harus dipotong dan dibuat splice baru.
8.            Terdapat kerusakan pada penghubung akhir (end connection)
Apabila dalam melakukan inspeksi ditemukan kondisi berkarat, retak, bengkok, aus atau digunakan secara kurang tepat maka end connection harus diganti. Hal lain yang harus diperiksa adalah keausan thimble pada crown-nya, tanda-tanda throat-nya menggigit ke rope dan distorsi atau closure (kincup) akibat beban berlebihan.
9.            Terdapat pilinan yang terjepit, pipih atau terhimpit
·           Jika hal tersebut terjadi pada wire rope, maka wire rope harus diganti, karena cacat tersebut sangat berbahaya akibat kawat yang terderformasi hebat.
·           Rope besar dengan jumlah kawat yang banyak, misalnya tipe 6 x 37, tidak boleh digulung lebih dari satu lapis, sebab kawat terlalu kecil untuk fleksibilitasnya.
10.                Terdapat pilinan tinggi (high strand) dan belitan terurai (unlaying)
Jika terjadi high strand pada rope, rope harus diganti atau ganti end connection-nya untuk mengatur kembali belitan (lay).
11.          Terdapat sarang burung (bird cages)
Jika terjadi, wire rope harus ganti dengan yang baru atau potong bagian yang cacat.
12.          Terdapat tekukan tetap (kink)
Jika ini terjadi, wire rope harus diganti atau dipotong bagian yang cacat.
13.                Wire rope mengembang (bulged)
Jika cacat ini ditemukan, maka wire rope harus diganti (sering terjadi pada tambang konstruksi tak berotasi).
14.                Celah antar pilinan terlalu besar
Jika ditemukan cacat ini, wire rope harus diganti.
15.          Inti menyembul keluar
Jika ditemukan cacat ini, wire rope harus diganti.                                      
16.          Terdapat ketidakseimbangan bagian yang aus hebat
Jika terdapat bagian wire rope yang mengalami keausan hebat secara tidak seimbang, potong bagian tersebut.            
17.          Terdapat cacat akibat panas, terkena obor las atau singgung nyala busur las listrik
Jika ditemukan cacat ini, maka bagian yang cacat dipotong atau ganti keseluruhan.
           
d.   Rantai (Chain)
1.    Jika tersedia, periksa kesesuaian serial number dan kapasitas aman (SWL) tiap rantai. Periksa pula buku log pemeriksaan rantai. Pastikan hasil pemeriksaan menunjukkan rantai layak dioperasikan.
2.    Periksa kemungkinan mulurnya rantai. Ketika mata rantai telah mengalami perpanjangan berlebih maka akan cenderung menguncup sehingga mata rantai saling mengunci satu dengan lainnya atau menggantung tidak sempurna. Jika kondisi rantai telah memanjang melebihi 3%, maka rantai harus diganti.
3.    Perhatikan cacat pada rantai seperi rusak, bengkok, terpuntir, dan lainnya. Hal ini sering terjadi pada rantai yang digunakan untuk mengangkat barang yang bersudut-sudut tajam. Jika terjadi cacat tersebut, maka rantai harus diganti.
4.    Periksa kemungkinan keretakan pada rantai. Jika ditemukan keretakan, walaupun sangat kecil, seluruh rantai harus diganti dan dihancurkan.
5.    Periksa kemungkinan cacat berupa parit (gouge), sisik (chip) atau goresan (cut) yang cukup lebar dan dalam pada setiap mata rantai. Jika cacat tersebut ditemukan, maka rantai harus diganti.
6.    Periksa tingkat keausan. Jika pengausan rantai satu sama lainnya melebihi ¼ dari diameter rantai semula, maka rantai harus diganti.
7.    Periksa kemungkinan adanya takik tajam (sharp nick). Jika ada, maka takik tersebut harus dihilangkan karena takik selalu merupakan penyebab keretakan.
8.    Periksa kemungkinan adanya dekukan kecil (small dent), tanda pukulan (peen marks), permukaan mengkilat, yang merupakan tanda-tanda bahwa rantai telah digunakan secara berlebihan (workhardened), atau telah lelah (fatigued). Jika ditemukan, maka rantai harus diganti.
9.    Periksa kemungkinan adanya sirip yang terangkat (lifted fin) pada sambungan las. Jika ada, ini merupakan tanda-tanda bahwa rantai telah mengalami pembebanan yang sangat berlebih, sehingga rantai harus diganti.
10.  Perhatikan kemungkinan serangan karat. Serangan karat yang berlebihan dapat mengurangi diameter rantai. Jika pengurangan diameter rantai melebihi ¼ dari diameter rantai semula, maka rantai harus diganti.

e.   Synthetic Sling
Pastikan synthetic sling dalam kondisi baik, tidak tergores, terpotong, cacat atau adanya perubahan warna.

f.    Rem (Brake)
Pemeriksaan fungsi rem:
·      Lakukan uji coba pengangkatan beban. Naik-turunkan unit, lalu rem. Unit harus langsung berhenti ketika di rem.
·      Selanjutnya, angkat beban dengan unit (jika memungkinkan beban sebesar kapasitas amannya/SWL). Biarkan unit tergantung tidak terlalu tinggi. Lalu ukur ketinggian beban dari tanah. Biarkan beberapa saat, sekitar 10 menit. Ukur kembali ketinggian beban dari tanah. Pastikan tidak ada perbedaan ketinggian antara pengukuran pertama dan kedua.  


BAB IV
PEMERIKSAAN KHUSUS

            Pemeriksaan khusus adalah objek pemeriksaan yang berlaku khusus pada overhead dan gantry crane atau khusus pada mobile crane.

IV.1 PEMERIKSAAN VISUAL DAN UJI FUNGSI UNTUK OVERHEAD DAN GANTRY CRANE
  1. Rel
1.    Periksa kelurusan rel. Secara visual perhatikan kelurusan rel, bisa dilakukan dengan menyorot lampu senter menelusuri sepanjang rel. Pastikan rel lurus. Kemudian, lakukan uji coba dengan menggerakkan unit ke timur, barat, utara, dan selatan. Perhatikan pergerakan dan suara pergerakkan. Pastikan pergerakkan lancar dan suara pergerakkan halus.
2.    Periksa kemungkinan adanya cacat seperti keretakan pada rel. Secara visual perhatikan sepanjang rel, bisa dilakukan dengan menyorot lampu senter menelusuri sepanjang rel. Pastikan tidak ada cacat pada rel.
3.    Periksa adanya petunjuk arah pergerakan unit.
b.   Lampu dan Alarm
1.    Lampu harus berfungsi ketika unit dioperasikan.
2.    Alarm harus berfungsi ketika unit dioperasikan.
3.    Suara alarm harus terdengar jelas ketika unit dioperasikan.


c.   Remote Control
1.    Periksa kondisi fisik remote control.
Remote control harus dalam kondisi yang terawat, bersih dan tidak ada cacat.
2.    Periksa fungsi remote control.
Lakukan uji pengoperasian tiap tombol yang ada:
·      Pastikan operator mengerti fungsi setiap tombol yang ada.
·      Pastikan semua tombol berfungsi dengan baik.
·      Pastikan semua tombol mudah dioperasikan.
3.    Periksa petunjuk arah pergerakan yang ada di remote.
·      Pastikan petunjuk arah masih terlihat jelas.
·      Lakukan uji pengoperasian tiap tombol. Pastikan pergerakan unit sesuai dengan arah yang ada pada remote control.

d.   Kabel
1.    Pastikan kabel tidak ada yang terlekuk.
2.    Pastikan kabel terisolasi sempurna.
e.   Tangga menuju Kabin (Untuk crane yang menggunakan kabin)
1.    Periksa kondisi pijakan tangga.
·                   Pijakan tangga harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
2.    Pariksa kondisi handrail atau kerangkeng
·      Pastikan handrail dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan ukurannya sesuai dengan genggaman tangan.
·      Pada tangga yang tegak lurus, maka harus ada kerangkeng. Pastikan kerangkeng dalam kondisi baik, kokoh dan tidak keropos.

f.    Platform (Untuk crane yang mempunyai kabin)
1.    Periksa kondisi platform.
·                   Platform harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
2.    Pariksa kondisi pagar pengaman
·      Pastikan pagar pengaman dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan dapat melindungi dari bahaya jatuh.


g.   Kabin
1.      Periksa rangka / dinding kabin (cabin frame wall).
Rangka/ dinding kabin harus dalam kondisi baik, kokoh dan lapisan catnya masih baik.
2.      Periksa kondisi jendela kabin.
·      Kaca jendela tidak pecah.
·      Kaca harus bersih sehingga pandangan operator jelas.
·      Ketika jendela ditutup, pastikan udara dari luar sudah tidak dapat masuk ke dalam kabin.
·      Jendela mudah untuk di buka dan ditutup. 
3.      Periksa kondisi pintu kabin.
·      Pintu dalam kondisi baik, tidak ada cacat.
·      Ketika pintu ditutup, pastikan udara dari luar sudah tidak dapat masuk ke dalam kabin.
·      Pintu mudah untuk di buka dan ditutup. 
4.      Periksa lantai kabin.
·      Lantai kabin dalam kondisi baik, kuat, tidak ada cacat.
5.      Periksa pencahayaan kabin.
Pencahayaan dalam kabin harus cukup untuk operator mengoperasikan unit.
6.      Periksa house keeping.
Pastikan house keeping dalam kabin baik.
7.      Periksa tuas, pedal, tombol dan alat pengontrol lain.
·      Operator harus mengetahui fungsi setiap tuas, pedal, tombol dan alat pengontrol yang ada.
·      Pastikan label petunjuk yang ada pada setiap tombol dan alat control lain terlihat jelas.
·      Lakukan uji coba pengoperasian, pastikan tuas, pedal dan alat pengontrol dapat berfungsi dengan baik.
·      Ketika dilakukan uji coba, pastikan label petunjuk sesuai.
·      Pastikan tuas, pedal, tombol dan alat pengontrol lain mudah dalam pengoperasiannya.
·      Pastikan emergency stop dapat berfungsi dengan baik.
·      Pastikan tersedia indicator penentu batas angkat beban aman (LMI, Load Maximum Indicator) yang sudah dikaliberasi.
·      Pastikan LMI berfungsi.
8.      Periksa sabuk pengaman (seat belts).
·                     Pastikan sabuk pengaman tersedia.
·                     Pastikan sabuk pengaman baik kondisinya.
9.      Periksa Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
·      Pastikan APAR tersedia.
·      Pastikan APAR tersebut telah diperiksa kondisinya.
·      Pastikan APAR dalam kondisi masih layak digunakan.
·      Pastikan operator mengerti cara penggunaan APAR
10.   Periksa Alat Komunikasi Radio
·                     Pastikan Alat Komunikasi Radio tersedia.
·                     Pastikan Alat Komunikasi Radio dapat digunakan dengan baik.
·                     Pastikan suara dari radio terdengar jelas.
11.   Periksa Kondisi Kotak P3K
·                     Pastikan Kotak P3K tersedia.
·      Pastikan isi kotak P3K masih tersedia dengan baik.
·      Pastikan terdapat sistem pencatatan terhadap penggunaan isi kotak P3K.

IV.2 PEMERIKSAAN VISUAL DAN UJI FUNGSI UNTUK MOBILE CRANE
a.   Pemeriksaan Kabin
Pemeriksaan kabin pada inspeksi mobile crane ditambahkan beberapa unsur yaitu:
1.    Pemeriksaan Lampu dan Alarm
·      Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan seluruh lampu (lampu depan, lampu belakang, lampu sorot, lampu sign, dan rotary) dapat berfungsi.
·      Pastikan lampu-lampu tersebut cukup terang.
·      Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan back alarm berfungsi ketika unit dioperasikan mundur.
·      Suara alarm harus terdengar jelas.    
2.    Pemeriksaan kaca spion
·      Pastikan terdapat kaca spion.
·      Pastikan kaca spion dalam kondisi baik, jelas dan bersih.
·      Pastikan melalui kaca spion, operator dapat melihat bagian belakang dan samping unit.    
3.    Pemeriksaan Pembersih Kaca (Wiper)
·      Pastikan terdapat pembersih kaca.
·      Pastikan pembersih kaca dalam kondisi baik.
·      Lakukan uji pengoperasian, pastikan pembersih kaca berfungsi dengan baik.                           
4.    Pemeriksaan Klakson
·      Lakukan uji pengoperasian. Pastikan klason berfungsi dengan baik.
·      Pastikan suara klakson terdengar jelas.
5.    Pemeriksaan Tanda Petunjuk (Tanda Petunjuk Kecepatan/ Speedometer, Suhu Mesin, Arus dan Tegangan, Tekanan Udara, Tekanan Pelumas)
·      Pastikan terdapat tanda petunjuk.
·      Pastikan tanda petunjuk dalam kondisi baik.
·      Lakukan uji pengoperasian, pastikan tanda petunjuk berfungsi dengan baik.
b.   Pemeriksaan Tangga
Pijakan tangga harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
               
c.                   Platform
1.    Platform harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat dan tidak licin.
2.    Tersedia pagar pengaman.
3.    Pagar pengaman harus dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan dapat melindungi dari bahaya jatuh.

d.   Pemeriksaan Ban atau Rantai (Track)
1.    Pemeriksaan Ban
·      Periksa kondisi velg .
Pemeriksaan visual harus menunjukkan kondisi velg baik, tidak ada keretakan dan karat pada velg.
·      Periksa mur dan baut .
Pemeriksaan visual harus menunjukkan tidak ada mur dan baut yang hilang.
·      Mur dan baut harus kencang.
·      Periksa kondisi ban.
Pemeriksaan secara visual harus menunjukkan kondisi ban baik, tidak gundul dan tidak kempes.
                       
2.    Pemeriksaan Rantai (Track)
·      Pemeriksaan Laporan Hasil Pemeriksaan Rantai
Laporan Hasil Pemeriksaan harus menunjukkan rantai dalam kondisi yang baik dan layak operasi.
·      Pemeriksaan Visual
Pastikan tidak terdapat crack dan kerusakan pada rantai seperti rantai yang miring.
·      Pemeriksaan Uji Fungsi  
Lakukan uji pengoperasian, pastikan rantai dapat berfungsi dengan baik.

e.   Pemeriksaan Meja Putar (Slewing Mechanism)
1.    Pemeriksaan Laporan Hasil Pemeriksaan Meja Putar
Laporan Hasil Pemeriksaan harus menunjukkan meja putar dalam kondisi yang baik dan layak operasi.
2.    Pemeriksaan Fungsi
Lakukan uji pengoperasian, unit melakukan swing. Pastikan unit dapat melakukan manufer swing dengan baik.

f.    Periksa Sistem Hidrolik dan/atau Sistem Pneumatik
1.    Pemeriksaan Visual
Pastikan tidak terdapat kebocoran pada sistem.
2.    Pemeriksaan Fungsi
·      Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan sistem dapat berfungsi dengan baik.
·      Selanjutnya, angkat beban dengan unit (dengan menggunakan sistem hidrolik dan/atau sistem pneumatic). Biarkan unit tergantung tidak terlalu tinggi dan sistem hidrolik dan/atau pneumatic bekerja. Biarkan beberapa saat, sekitar 10 menit. Pastikan tidak ada penurunan tinggi beban dari ketinggian awal.    

g.                   Pemeriksaan Outrigger
1.    Pastikan outrigger dalam kondisi baik, kokoh, tidak ada crack, dan tidak berkarat.
2.    Jika dilakukan secara manual, pastikan kunci outrigger bisa berfungsi dengan baik.
3.    Pastikan terdapat safety sign. Safety sign harus terlihat jelas dan dimengerti.
4.    Pastikan outrigger sandpad dalam kondisi baik, kokoh dan tidak ada crack.

h.   Pemeriksaan Boom
1.    Pastikan boom dalam kondisi baik, kokoh, tidak ada deformasi, bend (bengkok), dent (penyok), crack (retak) dan korosi.
2.    Pastikan sambungan-sambungan boom, baut, mur dan pin telah terpasang dengan sempurna.
3.    Harus terdapat boom angle indicator.
4.    Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan boom angle indicator dapat berfungsi dengan baik.

i.    Load Chart
1.    Pastikan terdapat load chart.
Pastikan operator memahami load chart tersebut